Jumat, 19 Mei 2017

10 Tari Tradisional Jawa Timur

10 Tari Tradisional Jawa Timur

1. Tari Gandrung Banyuwangi


Tari Gandrung Banyuwangi adalah tari daerah yang berasal dari Banyuwangi Jawa Timur. Kata Gandrung sendiri berarti terpesona, yaitu menggambarkan rasa pesona masyarakat Banyuwangi terhadapDewi Sri atau Dewi Padi yang telah membawa kesejahteraan kepada masyarakat. Oleh karena itulah maka tari Gandrung Banyuwangi ini dahulu biasa dibawakan setelah panen raya.

Tarian Gandrung Banyuwangi merupakan seni pertunjukan yang disajikan dengan iringan musik khas perpaduan budaya jawa dan Bali. Tari Gandrung dilakukan oleh seorang wanita penari profesional yang menari bersama tamu (terutama pria) yang disebut dengan istilah pemaju

Gandrung sering dipentaskan pada berbagai acara, seperti perkawinan, pethik laut, khitanan, tujuh belasan dan acara-acara resmi maupun tak resmi lainnya baik di Banyuwangi maupun wilayah lainnya. Menurut kebiasaan, pertunjukan lengkapnya dimulai sejak sekitar pukul 21.00 dan berakhir hingga menjelang subuh (sekitar pukul 04.00)

Adapun kostum atau tata busana yang dikenakan oleh penari Gandrung Banyuwangi sedikit berbeda dengan penari jawa lainnya. Pakaian tradisional yang dikenakan oleh penari Gandrung Banyuwangi sedikit dipengaruhi oleh pakaian Bali.

Busana untuk tubuh terdiri dari baju yang terbuat dari beludru berwarna hitam, dihias dengan ornamen kuning emas, serta manik-manik yang mengkilat dan berbentuk leher botol yang melilit leher hingga dada, sedang bagian pundak dan separuh punggung dibiarkan terbuka. Di bagian leher tersebut dipasang ilat-ilatan yang menutup tengah dada dan sebagai penghias bagian atas. Pada bagian lengan dihias masing-masing dengan satu buah kelat bahu dan bagian pinggang dihias dengan ikat pinggang dan sembong serta diberi hiasan kain berwarna-warni sebagai pemanisnya. Selendang selalu dikenakan di bahu. Sedangkan bagian bawah penari Gandrung mengenakan kain batik dengan corak yang bermacam-macam. Dibagian kepala dipasangi hiasan serupa mahkota yang disebut omprok yang terbuat dari kulit kerbau yang disamak dan diberi ornamen berwarna emas dan merah serta diberi ornamen tokoh Antasena, putra Bima yang berkepala manusia raksasa namun berbadan ular serta menutupi seluruh rambut penari gandrung.

2. Tari Reog Ponorogo

Reog Ponorogo merupakan kesenian dan tradisi dari Jawa Timur yang merupakan seni tari yang dibawakan oleh beberapa orang pemain dengan penari inti menggunakan topeng kepala singa yang diatasnya terdapat makota bulu-bulu merak dengan berat topeng bisa mencapai 50 kg. Yang unik dari Topeng singa Reog Ponorogo ini adalah bawa penari yang membawa topeng seberat 50 kg tersebut mengandalkan kekuatan gigi.

Seni Reog Ponorogo terdiri dari  2 sampai 3 tarian pembukaan. Tarian pertama biasanya dibawakan oleh 6-8 pria dengan pakaian serba hitam, dengan muka dipoles warna merah. Para penari ini menggambarkan sosok singa yang pemberani. Berikutnya adalah tarian yang dibawakan oleh 6-8 gadis yang menaiki kuda. Pada reog tradisionil, penari ini biasanya diperankan oleh penari laki-laki yang berpakaian wanita. Tarian ini dinamakan tari jaran kepang atau jathilan. Untuk sinopsis lengkap tari daerah dari Jawa Timur ini, silahkan kunjungi halaman 6 Kesenian dan Tradisi dari Jawa Timur.

3. Tari Remo

Tari Remo merupakan tari tradisional yang berasal dari desa Ceweng, kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Tari Remo merupakan tarian untuk menyambut tamu kenegaraan, pembukaan acara kesenian dan sebagainya. Pada awalnya tari remo ini merupakan tari pembuka pada kesenian Ludruk. Tarian ini bisa dilakukan oleh seorang penari maupun oleh beberapa orang penari. 

Menurut sejarahnya, tari remo merupakan tari yang khusus dibawakan oleh penari laki – laki. Ini berkaitan dengan lakon yang dibawakan dalam tarian ini. Pertunjukan tari remo umumnya menampilkan kisah pangeran yang berjuang dalam sebuah medan pertempuran. Sehingga sisi kemaskulinan penari sangat dibutuhkan dalam menampilkan tarian ini. Namun, seiring perubahan fungsi dari tari remo ini yang bisa dibawakan dalam rangka penyambutan tamu, tarian ini menjadi lebih sering ditarikan oleh perempuan, sehingga memunculkan gaya tarian yang lain: Remo Putri atau Tari Remo gaya perempuan.


Karakteristika yang paling utama dari Tari Remo adalah gerakan kaki yang rancak dan dinamis. Gerakan ini didukung dengan adanya lonceng-lonceng yang dipasang di pergelangan kaki. Lonceng ini berbunyi saat penari melangkah atau menghentak di panggung. Selain itu, karakteristika yang lain yakni gerakan selendang atau sampur, gerakan anggukan dan gelengan kepala, ekspresi wajah, dan kuda-kuda penari membuat tarian ini semakin atraktif.

Busana dari penari Remo ada berbagai macam gaya, di antaranya: Gaya Sawunggaling, Surabayan, Malangan, dan Jombangan. Selain itu terdapat pula busana yang khas dipakai bagi Tari Remo gaya perempuan.

4. Tari Jaranan Buto

Tari Jaranan Buto adalah tari tradisional yang berkembang didaerah Banyuwangi dan Blitar, Tari jaranan buto ini dipertunjukkan pada Upacara iring-iringan pengantin dan khitanan. Tari ini menggunakan properti kuda buatan seperti halnya yang biasa kita dapati padaKesenian Kuda Lumping, Jaran Kepang atau Tari Jathilan, namun yang menjadikan Kesenian Jaran Buto berbeda adalah properti kuda yang digunakan tidaklah menyerupai bentuk kuda secara nyata, melainkan kuda tersebut berwajah raksasa atau Buto begitu pula dengan para pemainnya yang juga menggunakan tata rias muka layaknya seorang raksasa yang lengkap dengan muka merah bermata besar, bertaring tajam, berambut panjang dan gimbal.


Tari Jaran Buto dibawakan oleh sedikitnya 16 - 20 orang pemain, dalam pementasannya diiringi alunan musik seperti kendang, dua bonang, dua gong besar, kempul terompet, kecer (seperti penutup cangkir) yang terbuat dari bahan tembaga dan seperangkat gamelan. Tari Jaranan Buto ini selalu menghadirkan atraksi yang mengagumkan, selain atraksi kesurupan para penarinya seperti pada seni jaranan lainnya. Seni tari jaranan buto dalam perkembangannya memiliki inovasi yang diantaranya adalah variasi musik pengiringnya dan tata rias penarinya, kostum yang dikenakan oleh penarinya mengalami inovasi begitu pesat setiap tahunnya. Kesenian ini memiliki beberapa kisah (cerita) dan gerakan tari yang berbeda-beda, sehingga hal ini menjadi sebuah pementasan yang unik. Keunikan seni ini meliputi inti cerita, (sinopsis cerita) kostum penari, dan iringan gamelan yang berbeda dengan kesenian jaranan secara umum.

5. Tari Reog Kendang

Tari Reog Kendang bisa disebut juga dengan Reog Tulungagung, karena tari tradisional ini berkembang di daerah Tulunggagung dan sekitarnya. Sesuai dengan namanya yang mengandung kata kendang, para pemain reog kendang membawa alat yang serupa dengan kendang atau Tam-Tam  (kendang kecil yang digendong).

Beberapa daerah juga memiliki kesenian yang serupa dengan reog kendang ini, antara lain reog dogdog / benjang dari sunda, reog Cemandi dari Sidoarjo dan reog bulkio dari Blitar.

Pada awalnya Reog Kendang menceritak kisah tentang perjalanan para mantan Gemblak mencari jati diri. karena perkembangan zaman, banyak versi cerita yang di gunakan dalam pementasan.

Berawal pada banyaknya para Gemblak dari kadipaten Sumoroto yang mencari jati diri ke kota tulungagung pada zaman kolonial belanda untuk berkerja sebagai penambang batu marmer dan petani cengkih. Untuk menghilangkan rasa penat setelah berkerja, di buatlah sebuah alat musik sejenis ketipung yang hanya memiliki satu sisi untuk di pukul. karena memiliki kesamaan dengan para gemblak lainnya, akhirnya dibuatlah sebuah kesenian tersebut dengan tarian, Konon para Gemblak adalah para pemain kuda lumping pada kesenian Reyog Ponorogo.

Pada awalnya, Reog kendang bernama tabuhan kendang. karena pada perkembangan zaman, Tabuhan kendang di kaloborasikan menjadi satu dengan Reog Kadiri (saat ini bernama Jaranan) yang merupakan sebuah hiburan rakyat pada waktu itu, Selain itu Para Gemblak adalah mantan pemain Reyog Ponorogo, maka dinamakanlah Reog Kendang yang khas dan tercipta di kota Tulungagung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar