Jumat, 19 Mei 2017

9 Candi Peninggalan Kerajaan Majapahit yang Sangat Menarik

9 Candi Peninggalan Kerajaan Majapahit yang Sangat Menarik :

1. Candi Sukuh

candi-sukuh
candi-sukuh
Pernah dengar Candi Sukuh? Kalau kamu masuk kedalam Candi ini, jangan bingung ya liat arsitekturnya.
Candi Sukuh berada di daerah Jawa Tengah tepatnya di Desa Berjo Kab. Karanganyar, kurang lebih 910 meter diatas permukaan laut.
Sejarahnya candi ini dilaporkan pertama kalinya oleh Johnson pada tahun 1815 saat masa pemerintahan Britania Raya.
Menurut penelitian, Candi ini didirikan pada abad ke-15 Masehi. Konon candi ini juga termasuk golongan candi yang cukup kontoversi karena arsitektur yang tidak biasa, contohnya objek lingga dan yoni yang memiliki lambang seksualitas.
Struktur candi berkesan sederhana, namun sangat mencolok bagi para wisatawan karena candi ini termasuk candi paling menarik di Jawa, dan bila kamu perhatikan candi ini mirip dengan candi suku Inca dan bangsa Maya.
W.F. Stutterheim seorang arkeolog dari Belanda mengeluarkan beberapa argumen tentang candi ini.
Dugaan pertama, pemahat candi bukan seorang pemahat batu melainkan pemahat kayu.
Dugaan kedua, saat memahat sangat tergesa-gesa sehingga kurang rapi.
Ketiga, pada saat dibuat masa kejayaan Majapahit menurun sehingga tidak menutup kemungkinan membuat candi yang megah.
Penasaran dengan candi ini? Tiket masuk untuk wisatawan domestik hanya 10.000 rupiah saja kok. Lain halnya untuk wisatawan mancanegara mencapai 25.000 rupiah.

2. Candi Cetho

candi-cetho
candi-cetho
Kenapa disebut Candi Cetho? Karena letaknya di Dusun Ceto, Karanganyar – Jawa Tengah.
Candi Cetho merupakan salah satu Peninggalan Kerajaan Majapahit yang bernuansa agama Hindu sekaligus menjadi candi terakhir yang dibuat oleh Kerajaan Majapahit pada abad ke 15.
Van de Vlies membuat laporan ilmiah tentang candi ini pada tahun 1842, yang menarik A.J. Bernet Kempers untuk melakukan suatu penelitian. Hingga akhirnya objek-objek terpendam ditemukan oleh Dinas Purbakala Hindia Belanda pada tahun 1928.
Dan setelah diteliti, umur candi ini tidak jauh dengan umur Candi Sukuh. Namun sayangnya Candi ini mengalami pembaharuan oleh Sudjono Humardani pada tahun 1970.
Secara keseluruhan Candi ini memiliki 13 teras, terdapat banyak anak tangga, dimana sepanjang anak tangga terdapat archa dan punden-punden.
Keunikan Candi ini, diawal masuk terlihat bangunan yang sederhana yang belum menunjukan bangunan kedewaan. Diatas candi pun terdapat Puri yang biasa disebut Puri Saraswati.
Penasaran dengan candi ini? Kamu dapat memasuki candi ini dengan harga 10.000 rupiah saja.

3. Candi Pari

candi-pari
candi-pari
Candi pari bertempat disekitar2 km ke barat dari pusat semburan Lumpur PT Lampindo Brantas. Tepatnya di Desa Candi Pari, Kecamatan Porong, Kab. Sidoarjo, Jawa Timur.
Candi ini terbuat dari batu bata dan berbentuk persegi panjang, dengan pintu candi menghadap ke barat.
Pada zaman dulu, diatas pintu pada candi Pari terdapat batu yang sangat tua. Jika dilihat dari arsitekturnya, Candi Pari dipengaruhi dengan budaya Campa (suatu daerah/kebudayaan di Vietnam).
Mengapa terdapat budaya Vietnam?
Zaman dulu, Indonesia telah menjalin hubungan dagang dengan wilayah Asia Tenggara, hal ini terlihat dari kesenian-kesenian musik tradisional yang hampir sama. Contoh saja, kecapi China dan kecapi Indonesia.
Dan saat itu Indonesia telah menjalin hubungan dagang dengan Vietnam. Dan pada waktu yang sama perekonomian Vietnam hancur hingga sebagian orang mengungsi ke Jawa Timur.

4. Candi Jabung

candi-jabung
candi-jabung
Candi peninggalan Kerajaan Majapahit berikutnya adalah Candi Jabung atau bisa disebut juga Bajrajinapramitapura, berdiri di desa Jabung, paiton Probolinggo Jawa timur.
Struktur candi ini cukup berbeda karena bangunannya hanya terdiri dari batu merah tapi bisa bertahan hingga ratusan tahun.
Menurut sejarah agama Budha dalam kitab Nagarakertagama, disebutkan jika candi jabung pernah dikunjungi oleh Raja Hayam Wuruk saat lakukan perjalanan keliling jawa Timur di tahun 1359 Masehi.
Sedangkan dalam kitab Pararaton, disebutkan bahwa candi Jabung adalah tempat dimakamkannya Bhre Gundal yang merupakan salah satu anggota keluarga kerajaan Majapahit.
Jika dilihat sekilas, arsitektur dari candi jabung ini hampir sama dengan candi bahal yang ada di Sumatera Utara.

5. Gapura Wringin Lawang

gapura-wringin-lawang
gapura-wringin-lawang
Candi berikutnya adalah Gapura Wringin Lawang atau bisa disebut juga sebagai candi Jati Pasar. Dalam bahasa jawa, Gapura Wringin Lawang memiliki arti sebagai “ Gapura Pintu Beringin”.
Candi ini bertempat di Desa Jati Pasar, Kab Mojokerto, Jawa Timur.
Mengapa disebut gapura? Selintas, bangunan itu seperti gerbang yang dibelah dua. Namun inilah keunikan candi tersebut. Bahkan sekarang arsitektur semacam ini sering digunakan di wilayah Bali.
Lawang itu sendiri mengandung makna pintu masuk-keluar. Konon gapura tersebut dijadikan pintu masuk para tamu kerajaan Majapahit. Pernah ke candi ini? Rasakan sensasinya ketika melewati gapura tersebut.
Tinggi candi tersebut kira-kira mencapai 15,5 meter dengan luas 13×11 meter, diperkirakan di bangun pada abad ke-14.
Candi ini pun terkadang disebut gerbang oleh masyarakat sekitar, karena memang tidak memiliki ruang khusus, bahkan tidak ada patung dan relief di candi tersebut.
Gimana masih penasaran dengan candi ini?

6. Gapura Bajang Ratu

gapura-bajang-ratu
gapura-bajang-ratu
Gapura Bajang Ratu atau biasa disebut Candi Bajang Ratu, terletak di Desa Temon Mojokerto, Jawa Timur. Telah dibangun sejak abad ke 14.
Gapura ini dulu dibuat sebagai pintu masuk saat memperingati wafatnya Raja Jayanegara. Tapi sebelum Raja tersebut wafat, candi ini digunakan sebagai pintu belakang kerajaan. Hal ini terlihat dari arsitektur candi tersebut, terdapat relief Sri Tanjung dengan sayap gapura yang pada saat itu melambangkan pelepasan.
Jika dilihat dalam struktur bangunannya, candi ini berbentuk vertikal memiliki 3 bagian seperti tubuh, kaki dan atap.
Bila dilihat dari atas, candi ini berbentuk segi empat dengan panjang 11,5×10,5m, tinggi 16,5m dan lorong 1,4 m.
Di daerah kaki, terdapat bingkai bawah dan atas serta badan kaki. Dimana disana terpampang relief Sri Tanjung. Zaman dulu relief tersebut dipercaya sebagai penangkal mara bahaya.
Sedangkan di sayap kanan, terdapat relief Ramayana.

7. Candi Brahu

candi-brahu
candi-brahu
Candi Brahu adalah salah satu candi yang berada di kawasan daerah arkelogi Trowulan, Mojokerto Jawa timur.
Nama Brahu dari candi ini disebutkan berasal dari kata wanaru atau warahu. Dimana nama ini adalah sebutan untuk sebuah bangunan suci yang ada dalam Prasasi Alasantan.
Candi ini pun dibangun oleh batu bata merah, dengan panjang 22,5 m, lebar 18 m, dengan tinggi 20 m.
Selintas, bangunan ini seperti bernuansa kultur Budha.
Konon katanya, saat zaman dulu candi ini dijadikan tempat pembakaran jenazah-jenazah para raja. namun para sejarawan belum bisa memastikan karena tidak menemukan abu mayat dibalik candi ini.

8. Candi Tikus

candi-tikus
candi-tikus
Masih berada dalam kompleks Akeologi Trowulan, Mojokerto Jawa Timur. Candi tikus adalah salah satu candi Peninggalan Kerajaan Majapahit yang awalnya terkubur dalam tanah, hingga akhirnya ditemukan pada tahun 1914.
Dalam proses penggalian, situs ini ditemukan di kawasan tempat makam masyarakat sana.
Akhirnya pada tahun 1984 hingga 1985 dilakukan penggalian secara menyeluruh.
Nama candi tikus sebenarnya hanyala sebuah nama yang disebutkan oleh masyarakat sekitar karena saat ditemukan candi tersebut seperti sarang tikus.
Berdasarkan dokumen, candi ini belum ada ketentuan siapa yang membangun dan kapan dibangun. Namun bila dilihat dari miniaturnya, diperkirakan candi ini dibangun sekitar abad ke 13 atau ke 14.
Sekitar candi tersebut terdapat kolam, dan diperkirakan candi tersebut tempat mandi para keluarga kerajaan saat itu, namun ada desas desus bahwa candi ini berfungsi sebagai penyaluran air. Tapi bila melihat dari bentuk menaranya, candi tersebut seperti tempat pemujaan.

9. Candi Surawana

candi-surawana
candi-surawana
Candi Hindu ini terletak di Desa Canggu, Kediri. Diperkirakan dibangun di abad ke 14 untuk memuliakan seorang raja di kerajaan Wengker.
Konon katanya sekitar tahun 1361, raja Hayam Wuruk datang dan menginap di candi Surawana.
Sayangnya, keadaan candi saat ini sudah tidak utuh. Walau begitu, candi ini telah tertata rapi. Dikarenakan bentuknya yang sudah tidak utuh candi ini tampak seperti candi kecil, walau begitu banyak relief yang sangat cantik.
Menurut kitab Nagarakretagama, Candi Surawana ini adalah tempat pemujaan bagi Dewa Wisnu yang saat itu berada dibawah kekuasaan Majapahit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar