Selasa, 23 Mei 2017

Makna seni tradisional sebagai media komunikasi


0wayangMedia komunikasi pada dasarnya merupakan sarana yang dipergunakan untuk memproduksi, mereproduksi mendistribusikan atau menyebarkan dan menyampaikan informasi (Suranto, 2005). Sementara seni tradisi jauh lebih luas dari media komunikasi, meskipun fakta menunjukkan bahwa sebagian seni tradisional bisa digunakan dan seringkali dikembangkan menjadi media komunikasi.

Kesenian tradisional pada dasarnya memiliki pola atau pakem yang membuat kesenian itu menjadi khas, berbeda dari kesenian jenis lainnya. Akan tetapi, pakem tersebut bukanlah suatu aturan “mati”, melainkan potensi yang dapat berkembang, berubah, dan bercampur satu sama lain. Seni tradisi secara alami mampu mengakomodasi perubahan isi sesuai dengan kepentingan situasi. Oleh karena pemanfaatan seni tradisi sebagai sebuah media komunikasi akan sangat berkaitan dengan aspek : (1) bentuk, pola, atau pakem, (2) daya atau potensi untuk berubah, dan (3) muatan-muatan atau pesan-pesan yang berisikan pendidikan kultural, spiritual, dan komentar sosial. Dalam tiga aspek itulah sesungguhnya terletak kapabilitas seni tradisi sebagai media ungkap atau ekspresi keindahan, yang pada gilirannya memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi media komunikasi tradisional.

Seni tradisional sebagai media komunikasi memiliki potensi yang terbuka luas sepanjang problem dan masalah yang selama ini dihadapi seni tradisional dapat dipetakan dan dipelajari entitasnya secara jelas. Selain harus didukung dari entitas internal seni tradisionalnya sendiri, agar efektif sebagai media tradisional juga harus menyentuh pada konstelasi proses mediasi dan apresiasi seni tradisonal yang digunakan di masyarakat.

Dewasa ini "cita rasa seni" masyarakat modern lebih mengidentifikasi dirinya dalam bentuk yang kontemporer atau banyak menyukai unsur serapan diluar "ruh asli" seni tradisionalnya. Karena itu kebutuhan untuk eksis dan update seni tradisonal di tengah hiruk pikuk dunia seni modern harus bersaing ketat karena pangsa pasar seni tradisional semakin spesifik dalam ujud "orisinalitas-nya".

Menurut Prof. Dr. Musa Asy’arie, Anggota Dewan Pengawas TVRI, bahwa Setiap tradisi memiliki masing-masing karakter dan publiknya sendiri. Ketika masyarakat berubah, maka logika itu yang harus diubah dan dinaikkan sesuai dengan perubahan masyarakat. Kita ketahui bahwa logika berpikir orang itu punya tingkatan. Segmentasi masyarakat akan berkaitan dengan kemampuan untuk menerima seni ini. Sedangkan tradisi adalah kebiasaan atau adat istiadat yang dilestarikan secaraturun temurun dalam suatu kehidupan masyarakat tertentu. Oleh karena itu kita bisa menemukan tradisi masyarakat agraris, industri, pedalaman, kota, akademik, kelas bawah hingga tradisi masyarakat elit. Jika bicara tradisi, semua punya tradisi. Misalkan masyarakat agraris dan kota. Bagaimana tradisi kota? Bagaimana tradisi masyarakat industri? Ada pula masyarakat kota, desa dan akademik. Pembaharuan dalam karya seni tidak bisa dilepaskan dari pembaharuan nilai dalam kehidupan masyarakat.

Kemampuan bertahan seni tradisional menghadapi tantangan yang semakin besar untuk tetap eksis ditengah masyarakat/komunitas pendukungnya. Seni adalah suatu proses panjang perjalanan budaya yang dapat saja mengalami pasang surut disepanjang perjalanannya, demikian pula seni sebagai karya manusia yang diciptakan manusia tentu akan memiliki daur hidup dalam perkembangannya.  Potensi munculnya permasalahan dan kerumitan  dalam menciptakan persan seni tradisional sebagai media komunikasi akan menyangkut pada beberapa pandangan-pandangan sebagai berikut :
  1. Dari sisi pelaku/pelakon/seniman seni tradisional, maka kesinambungan generasi pelakon (SDM) perlu terus ada agar seni tradisional dapat dipertahankan. Regenerasi dan pengkaderan adalah suatu keniscayaan yang harus ditempuh jika tidak ingin punah di kemudian hari.
  2. Dari sisi kualitas pertunjukan, maka membutuhkan sumber daya manusia yang terampil dan terlatih agar cita rasa seni tradisional mampu tetap dipertahankan atau dihadirkan. Kehancuran seni tradisional banyak terjadi karena meski regenerasi dan kaderisasi sudah dilaksanakan namun tokoh lanjutan pelakon seni seringkali tidak mampu lagi menghadirkan "chemistry" atau "cita rasa" seperti tokoh-tokoh pendahulunya. Sehingga seperti ilustrasi segelas teh yang dinikmati enak pada tuangan pertama, maka tuangan kedua dan ketiga dan seterusnya tak akan mampu lagi menghadirkan aroma cita rasa yang dikehendaki karena akan semakin hambar rasanya. Cita rasa" seni harus selalu dipertahankan dan diolah sehingga bukan hanya sekedar "ada atau eksis", tetapi mampu dihadirkan dengan cita rasa prima atau penuh inovasi yang proporsional mampu memperpanjang usia seni tradisional. Tidak jarang 'inovasi seni' yang kebablasan hanya mendongkrak popularitas dalam sekejap, namun kemudian membawa pada kematian permanen seni tersebut. Inovasi dan kreatifitas seni haruslah selalu berada pada koridor seni itu sendiri.
  3. Pergeseran cita rasa seni generasi muda saat ini (mayoritas suatu bangsa selalu terbanyak pada jumlah kawula mudanya - usia produktif) yang berbeda dengan generasi muda era sebelumnya, sebagian telah memaksa seni tradisional berkolaborasi dengan sajian, sentuhan dan seni modern yang cenderung bergerak cepat dan sarat teknologi. Bentuk pergeseran cita rasa maupun orientasi ini menjadikan seni tradisonal banyak mengalah melakukan penyesuaian atau memodifikasi bentuknya dari yang moderat hingga ekstrim rombak total.
  4. Permintaan pasar atau penambahan jumlah penggemar seni tradisional masih jauh dalam hal jumlah maupun event promosi yang digunakan.   
  5. Berkesenian atau unjuk seni tradisi tidak hanya bergantung pada seniman semata, melainkan pada pesan moral atau nilai tradisi, pemilihan media dan khalayak yang menjadi penikmat atau peminat seni tradisi tersebut.
  6. Dalam formatnya yang asli, media tradisional hanya relevan secara eksklusif bagi masyarakat budaya pendukungnya. Begitu pula pemanfaatan media tradisional sebagai wahana bagi isu-isu kontemporer bagi suatu masyarakat budaya pendukungnya, akan relevan manakala media tersebut sudah tidak lagi sebagai sumber mitos budaya tertentu. sifatnya yang eksklusif dan lingkupnya yang lokal, cenderung hanya bisa dinikmati oleh kalangan tertentu dalam jumlah yang terbatas. Karakteristik eksklusif semacam ini tentu kurang menguntungkan apabila ditinjau dari teori media, karena salah satu ciri dari media yang baik adalah kemampuannya menjangkau massa dalam jumlah besar.
  7. Bahwa tidak semua seni pertunjukkan rakyat dapat menjadi media penyaluran pesan informasi secara efektif dan komunikatif. Mungkin hanya media tradisional yang verbal dan komunikatif-dialogis saja yang cocok dalam penyampaian pesan kepada khalayak. Seni tradisi yang lain, misalnya yang mengandalkan gerak atau nyanyian dalam batas tertentu sulit digunakan sebagai media penyampai informasi.
Memperhatikan beberapapandangan-pandangan terhadap seni tradisional diatas, tentu kita akan munuju suatu pemikiran bahwa untuk menjadikan seni tradisional sebagai media komunikasi tentu sangat sulit kecuali dalam lingkup ekslusif dan lokal, atau dalam lingkup kecil untuk sasaran masyarakat budaya pendukungnya terkait dengan mitos budaya tertentu. Namun dari perspektif seni, kendala ini sudah banyak disiasati melalui inovasi dan daya kreasi yang setidaknya menumpang dari unsur 'entertaint atau hiburannya' sehingga pesan titipan yang akan dikomunikasikan dapat diselipkan. Terlalu dominan pesan-pesan komunikasi akan mengurangi unsur hiburannya yang menjadi ruh seni 'enak untuk dinikmati'.

Seni tradisional yang sudah populer dikenal masyarakat biasanya mampu menciptakan hubungan antara komunikan dan komunikator. Melalui pertunjukkan ini terdapat pertemuan langsung antara komunikan dan komunikator, dimana komunikator dapat mengungkapkan ide dan gagasannya kepada komunikan melalui cerita-cerita yang dibawakannya.  Seni tradisional saat ini sudah mampu untuk dikemas dan disajikan melalui media media elektronik dan dukungan teknologi akan meperkaya seni tradisional sehingga dapat direkam, didistribusikan, dikompilasi dan disiarkan langsung atau disiarkan ulang kapan saja dan untuk keperluan apa saja sehingga dan mampu menjangkau tempat yang jauh atau luas. Tontonan pertunjukan tidak saja dapat dinikmati secara life harus hadir di lokasi, melainkan mampu pula ditonton orang dari seluruh penjuru wilayah melalui televisi maupun internet.

Maka sebenarnya makna seni tradisional sebagai media komunikasi akan mengalami perkembangan kemajuan signifikan bila juga ditopang oleh media komunikasi lainnya terutama media penyiaran elektronik yang sudah memiliki segmentasi besar seperti radio dan televisi, dan tidak kalah dari itu adalah media sosial internet atau media bagi-pakai untuk mengunggah dan mengunduh video gratis yang disediakan secara beragam lewat internet.  (eip)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar